Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana Tanggal 21 Juni 2025

Dilihat 67 kali
Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana Tanggal 21 Juni 2025

Foto : Cuaca ekstrem melanda di Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu (18/6). (BPBD Kabupaten Bogor)

JAKARTA - Memasuki akhir pekan ketiga Bulan Juni 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih mencatat beberapa kejadian bencana hidrometeorologi basah yang terjadi di beberapa daerah. Berikut hasil pantauan yang berhasil dihimpun hingga Sabtu (21/6) pukul 07.00 WIB. 

Laporan pertama datang dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pohuwatu, Provinsi Gorontalo. Banjir bandang terjadi di sembilan desa di lima kecamatan pada Jumat (20/6) pukul 21.00 WITA. Lima kecamatan antara lain Kecamatan Paguat, Lemito, Wanggarasi, Randangan dan Taluditi. Satu korban meninggal dunia dan satu korban masih dalam pencarian akibat terseret banjir di Desa Tuweya, Kecamatan Wanggarasi.

Selain korban jiwa, banjir juga berdampak pada 340 unit rumah warga dan satu fasilitas ibadah. BPBD Kabupaten Pohuwato berkoordinasi dengan pemerintah desa, pemerintah kecamatan, tim SAR, dinas sosial, tagana dan TNI/Polri untuk pelaksanaan penanganan, dengan prioritas pada pencarian korban hilang. 

Petugas juga melaksanakan evakuasi warga yang rumahnya terdampak, menyiapkan tenda pengungsi dan dapur umum, mendistribusikan perlengkapan kebersihan dan makanan siap saji. Kondisi mutakhir pada Sabtu (21/6) pagi, air masih menggenangi wilayah Kecamatan Wanggarasi dan Taluditi. Beberapa ruas jalan masih tergenang sehingga jalan masih belum dapat dilalui oleh kendaraan. Sementara kondisi cuaca masih terjadi hujan dengan intensitas rendah hingga sedang.

Laporan selanjutnya dari BPBD Kabupaten Bogor. Cuaca ekstrem terjadi di Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Rabu (18/6) pukul 18.15 WIB. Tidak ada laporan korban jiwa dari kejadian ini.

Hujan deras dan angin kencang berdampak pada 9 rumah warga. BPBD Kab. Bogor segera menurunkan petugas untuk kaji cepat di lokasi kejadian. Berdasarkan pantauan petugas, tercatat enam  unit rumah rusak sedang dan tiga unit rumah rusak ringan dengan mayoritas rusak pada bagian atap. Beberapa rumah telah diperbaiki sementara seluruh rumah yang terdampak masih dihuni dan berada di bawah pantauan petugas BPBD.

Dari Kota Cilegon, Provinsi Banten dilaporkan kejadian banjir pada Selasa (17/6) pukul 19.15 WIB. Lokasi kejadian di Kelurahan Tamansari, Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon. BPBD Kota Cilegon melaporkan 275 Kepala Keluarga (KK) atau 830 jiwa terdampak. Selain disebabkan hujan deras, banjir juga diperparah adanya penumpukan sampah di bantalan rel kereta hingga aliran air tersumbat dan menggenangi jalan dan rumah warga. Kondisi banjir pada Jumat (20/6) telah surut dan situasi kembali kondusif.

Masih di Provinsi Banten, banjir juga terjadi di Kota Tangerang Selatan, pada Jumat (20/6) pukul 19.30 WIB. Banjir terjadi di wilayah Kelurahan Keranggan dan Kademangan di Kecamatan Setu. Petugas mencatat, 50 unit rumah warga terdampak dengan Tinggi Muka Air (TMA) 25 hingga 180 cm di Kelurahan Keranggan. Sementara di Kelurahan Kademangan, 40 unit rumah warga terdampak dengan Tinggi Muka Air (TMA) 20 hingga 70 cm. Kondisi mutakhir Jumat malam, banjir telah surut.

Sebagian wilayah Indonesia saat ini mengalami kemarau basah, yaitu kondisi hujan masih turun meski telah memasuki musim kemarau. Fenomena ini diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025, diikuti masa transisi (pancaroba) pada September–November, dan musim hujan mulai Desember 2025 hingga Februari 2026. Musim kemarau basah di Indonesia dapat memicu beberapa bencana seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, terutama di daerah yang rawan banjir atau dekat dengan aliran sungai. 

Untuk itu masyarakat diimbau untuk melakukan langkah-langkah mitigasi, antara lain dengan membersihkan saluran drainase, mempersiapkan area penampungan air, memangkas dahan pohon untuk mengurangi potensi pohon roboh saat cuaca ekstrem serta menetapkan rencana kedaruratan dan evakuasi. Baik pemerintah daerah maupun masyarakat diharapkan untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap ancaman bencana yang dapat terjadi kapan saja. 



Abdul Muhari, Ph.D.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis

Admin


BAGIKAN