Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana 7 Juli 2025
07 Jul 2025 13:00 WIB

Foto : Tim BPBD Kabupaten Aceh Barat melakukan pemadaman di lokasi kebakaran yang terjadi di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, pada Minggu (6/7). (BPBD Kabupaten Aceh Barat.)
Jakarta — Sejumlah bencana hidrometeorologi basah mendominasi pada pekan pertama Juli 2025. Berikut perkembangan informasi kejadian bencana yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Minggu, (6/7) pukul 07.00 WIB sampai dengan hari Senin, (7/7) pukul 07.00 WIB.
Kebakaran hutan dan lahan terjadi di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, yang pertama kali terpantau pada Sabtu, (5/7), pukul 18.20 WIB. Titik-titik kebakaran tersebar di tiga kecamatan, yakni Arongan Lambalek, Johan Pahlawan, dan Woyla Barat, mencakup lima gampong: Karang Hampa, Lapang, Suak Raya, Lapang Ujong, dan Mon Pasong. Hingga saat ini, penyebab kebakaran masih dalam proses penyelidikan oleh pihak berwenang.
Berdasarkan hasil pemantauan lapangan, total luasan lahan yang terbakar diperkirakan mencapai 9 Ha. Rinciannya sebagai berikut: sekitar 2 Ha lahan terbakar di Gampong Karang Hampa (Kecamatan Arongan Lambalek), 3 Ha di Gampong Lapang, 1 Ha di Gampong Suak Raya, dan 1 Ha di Gampong Lapang Ujong (ketiganya berada di Kecamatan Johan Pahlawan), serta 1 Ha di Gampong Mon Pasong, Kecamatan Woyla Barat. Beruntung, hingga saat ini tidak terdapat laporan korban jiwa akibat kejadian ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat melalui Tim Reaksi Cepat (TRC) telah mengerahkan sejumlah armada dan perlengkapan untuk melakukan pemantauan dan pemadaman di lokasi terdampak. Adapun armada yang dikerahkan antara lain: 1 unit kendaraan D-max, 1 unit Armada 010 dari Mako BPBD, 1 unit pick-up Panther, dan 1 unit mesin kohle. Namun demikian, proses penanganan dihadapkan pada sejumlah kendala, seperti sulitnya akses menuju lokasi serta keterbatasan sumber air.
Penanganan kebakaran turut melibatkan unsur lintas sektor, termasuk Mako BPBD Aceh Barat, Damkar Pos Arongan Lambalek, Koramil dan Polsek di wilayah Johan Pahlawan serta Arongan Lambalek, serta peran aktif dari masyarakat setempat. Sinergi ini menjadi kekuatan utama dalam menanggulangi karhutla di wilayah tersebut.
Hingga Minggu malam, (6/7) pukul 20.30 WIB, penanganan masih berlangsung di beberapa titik. Lokasi kebakaran di Kecamatan Johan Pahlawan, khususnya di belakang Pesantren Ruhul Quran (Gp. Lapang) dan Gp. Suak Raya masih dalam proses pemadaman. Sementara itu, titik api di Karang Hampa, Kecamatan Arongan Lambalek telah tertangani hingga 90%. Di Kecamatan Woyla Barat, Gampong Mon Pasong masih terus dilakukan penanganan oleh petugas gabungan.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan secara sembarangan, serta segera melaporkan kepada pihak berwenang apabila melihat tanda-tanda kebakaran hutan dan lahan guna menghindari kerugian yang lebih luas. Pemerintah daerah terus berkomitmen menjaga keselamatan warga dan lingkungan hidup melalui upaya penanggulangan bencana secara terpadu.
Setelah merinci penanganan kebakaran hutan dan lahan di Aceh Barat, insiden serupa juga terjadi di wilayah lain. Kebakaran melanda lahan di wilayah Kecamatan Silahisabungan, tepatnya di Desa Paropo, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara Jumat, (4/7) pukul 15.30 WIB. Hingga saat ini, penyebab pasti kebakaran masih dalam proses penyelidikan oleh pihak berwenang. Berdasarkan hasil asesmen di lapangan, luas area yang terdampak mencapai 28 Ha.
Tidak terdapat korban jiwa dalam kejadian ini. Upaya penanggulangan telah dilakukan secara intensif oleh BPBD Kabupaten Dairi dengan dukungan dari Manggala Agni. Tim gabungan terus bekerja keras di lapangan guna memastikan api dapat dipadamkan secara menyeluruh dan tidak meluas ke wilayah lain. Penanganan dilakukan dengan pendekatan pemadaman langsung dan pendinginan area yang rawan kembali terbakar.
Selain karhutla di Dairi, laporan bencana kebakaran lahan juga datang dari Nias Utara. Telah terjadi kebakaran lahan di wilayah Desa Muzoi, Kecamatan Lahewa Timur, Kabupaten Nias Utara pada Rabu, (2/7) pukul 08.15 WIB. Hingga saat ini, penyebab kebakaran masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwenang.
Peristiwa kebakaran ini menghanguskan kurang lebih 10 Ha lahan, namun tidak terdapat korban jiwa dalam kejadian ini. Meski demikian, kerugian materil akibat kebakaran cukup signifikan dan berdampak pada kondisi lingkungan serta aktivitas masyarakat sekitar.
Menanggapi kejadian tersebut, BPBD Kabupaten Nias Utara bergerak cepat dengan melakukan koordinasi intensif bersama pemerintah daerah dan instansi terkait untuk melakukan pemadaman. Upaya pemadaman dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan ketersediaan sumber daya di lokasi.
Beberapa titik api telah berhasil dipadamkan pada Minggu (6/7). Namun, masih terdapat sejumlah titik api aktif yang belum bisa ditangani karena lokasi sulit dijangkau dan tidaknya tersedia air di area kebakaran menjadi kendala utama dalam proses pemadaman.
Pemerintah daerah dan BPBD terus memantau situasi secara berkala dan mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada, serta segera melapor jika melihat adanya potensi kebakaran baru. Keselamatan dan penanggulangan dampak menjadi prioritas utama dalam menghadapi situasi ini.
Beralih dari bencana kebakaran lahan, wilayah Tanggamus di Provinsi Lampung dilanda tanah longsor. Bencana tanah longsor melanda wilayah Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Sabtu, (5/7). Kejadian ini dipicu oleh intensitas curah hujan yang tinggi yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa hari terakhir. Longsor terjadi di dua kecamatan, yakni Kecamatan Pugung dan Kecamatan Bulok, mencakup tiga desa: Desa Tanjung Agung (Kec. Pugung), serta Desa Sukamara dan Desa Suko Agung (Kec. Bulok).
Dari hasil pendataan sementara, bencana ini berdampak terhadap sekitar 40 KK. Selain korban terdampak, kerugian materiel pun cukup signifikan. Tercatat 40 unit rumah mengalami kerusakan akibat tertimbun material longsor, serta 6 unit jembatan turut terdampak sehingga mengganggu akses dan konektivitas antarwilayah.
Menanggapi kejadian tersebut, BPBD Kabupaten Tanggamus segera melakukan assesment lapangan dan berkoordinasi dengan aparat setempat untuk mengidentifikasi dampak serta merespons kebutuhan warga terdampak. Pihak BPBD juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan hujan susulan yang berpotensi menimbulkan banjir dan longsor lanjutan, mengingat kondisi geografis yang rawan dan cuaca ekstrem yang masih berlanjut.
Hingga saat ini, kondisi pada Minggu, (6/7), menunjukkan bahwa material longsor masih menutupi akses jalan utama di Dusun Campang dan Negla Sari, Pekon Tanjung Agung, Kecamatan Pugung. Kondisi ini menghambat upaya evakuasi dan distribusi bantuan ke wilayah terdampak.
Dalam hal ini, kebutuhan mendesak yang menjadi prioritas adalah pengiriman alat berat untuk membersihkan sedimen tanah longsor yang menutup badan jalan serta memulihkan akses transportasi. Penanganan cepat dan sinergi antarinstansi sangat diperlukan guna meminimalkan risiko lanjutan dan mempercepat pemulihan kondisi warga terdampak.
BPBD dan seluruh unsur pemerintah daerah mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, mematuhi arahan petugas di lapangan, dan segera melapor apabila terdapat potensi bahaya di sekitar tempat tinggal. Pemerintah daerah terus memantau perkembangan situasi dan berupaya memberikan bantuan secara bertahap sesuai kebutuhan di lapangan.
Di sisi lain, bencana hidrometeorologi basah berupa banjir juga terjadi di Kota Tangerang Selatan. Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang mengguyur wilayah Kota Tangerang Selatan sejak Sabtu, (5/7) hingga Minggu, (6/7) telah mengakibatkan terjadinya banjir di sejumlah wilayah. Debit air yang terus meningkat menyebabkan meluapnya saluran drainase, aliran kali, dan cekungan di berbagai titik, sehingga menggenangi permukiman warga di beberapa kecamatan.
Adapun wilayah terdampak meliputi tiga kecamatan dan lima kelurahan, yaitu Kecamatan Serpong Utara (Kelurahan Paku Jaya dan Kelurahan Pasir Alam), Kecamatan Ciputat Timur (Kelurahan Rempoa), serta Kecamatan Pondok Aren (Kelurahan Pondok Kacang Timur dan Kelurahan Pondok Aren). Banjir yang melanda kawasan-kawasan tersebut telah berdampak pada sekitar 840 KK dan menyebabkan kerusakan pada jumlah rumah sebanyak 840 unit.
Merespons kejadian ini, BPBD Kota Tangerang Selatan segera melakukan koordinasi dengan pemerintah kelurahan dan kecamatan setempat untuk melakukan asesmen awal di lokasi terdampak. Petugas BPBD telah turun ke lapangan untuk memantau genangan air, membantu evakuasi warga jika dibutuhkan, serta menyiapkan dukungan logistik dan kebutuhan darurat lainnya bagi warga yang terdampak.
Hingga Minggu sore, (6/7), sebagian besar wilayah yang terdampak banjir telah menunjukkan tanda-tanda penurunan ketinggian air. Namun demikian, beberapa titik seperti wilayah Kayu Gede 1 dan Pondok Maharta masih mengalami genangan. BPBD bersama pihak terkait terus melakukan pemantauan intensif di wilayah-wilayah tersebut hingga kondisi benar-benar dinyatakan aman.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan apabila hujan kembali turun. BPBD Kota Tangerang Selatan mengajak seluruh warga untuk segera melaporkan kejadian kedaruratan dan mengikuti instruksi dari petugas demi keselamatan bersama. Upaya pemulihan akan terus dilakukan secara bertahap seiring dengan perkembangan situasi di lapangan.
Tak hanya Kota Tangerang Selatan, banjir juga merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Tangerang. Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi secara terus-menerus pada Minggu, (6/7), telah memicu terjadinya banjir di wilayah Kecamatan Teluknaga, tepatnya di Desa Tanjung Burung, Kabupaten Tangerang. Curah hujan yang berlangsung cukup lama menyebabkan debit Sungai Cisadane meningkat drastis hingga akhirnya meluap dan membanjiri permukiman warga di sekitarnya.
Banjir ini mengakibatkan dampak yang cukup signifikan terhadap masyarakat setempat. Tercatat sebanyak 702 KK atau sekitar 2.275 jiwa terdampak akibat banjir ini. Ketinggian muka air dilaporkan berkisar antara 40 hingga 60 sentimeter dan merendam sedikitnya 702 unit rumah warga.
Menanggapi situasi ini, BPBD Kabupaten Tangerang segera melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat. Tim BPBD telah diterjunkan ke lokasi untuk melakukan asesmen awal guna menentukan langkah-langkah penanganan yang diperlukan.
Hingga, Minggu, (6/7), kondisi banjir masih belum surut. Ketinggian air saat ini tercatat masih berada di sekitar 40 sentimeter. Warga terdampak diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari petugas di lapangan.
Sementara itu, wilayah Jakarta juga tak luput dari dampak hujan deras yang memicu banjir, khususnya di wilayah Jakarta Selatan. Pada Minggu dini hari, (6/7) pukul 02.00 WIB, hujan deras dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kondisi tersebut menyebabkan meluapnya Kali Ciliwung, yang kemudian memicu banjir di sejumlah titik di Jakarta Selatan. Air merendam permukiman warga dengan ketinggian muka air bervariasi, mulai dari 30 cm hingga mencapai 170 cm di beberapa lokasi.
Wilayah terdampak meliputi tiga kecamatan dan lima kelurahan, yakni Kecamatan Jagakarsa (Kelurahan Lenteng Agung, Srengseng Sawah, dan Tanjung Barat), Kecamatan Pasar Minggu (Kelurahan Pejaten Timur), serta Kecamatan Tebet (Kelurahan Manggarai). Total sebanyak 171 KK atau sekitar 393 jiwa terdampak langsung oleh banjir ini. Selain itu, diperkirakan sekitar 171 unit rumah warga turut terdampak, meskipun proses pendataan masih terus berlangsung di lapangan.
Menanggapi kejadian tersebut, BPBD Provinsi DKI Jakarta segera menurunkan tim untuk melakukan asesmen dan pemantauan langsung ke lokasi-lokasi yang terdampak. Langkah awal ini dilakukan guna mengidentifikasi kebutuhan warga terdampak, memastikan keselamatan masyarakat, dan menyiapkan respons tanggap darurat yang dibutuhkan.
Hingga Minggu sore (6/7), dilaporkan bahwa air di wilayah Kecamatan Jagakarsa telah surut. Namun, kondisi di beberapa titik lain masih dalam pemantauan intensif oleh petugas. BPBD terus berkoordinasi dengan unsur terkait untuk mempercepat proses penanganan dan meminimalkan dampak lanjutan.
BPBD DKI Jakarta mengimbau masyarakat untuk tetap siaga terhadap potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan. Warga juga diharapkan segera melapor ke layanan tanggap darurat jika terjadi peningkatan debit air atau kondisi darurat lainnya. Informasi lanjutan dan dokumentasi visual dari lapangan akan diperbarui dan disampaikan secara berkala kepada publik.
Selain Jakarta Selatan, wilayah Jakarta Timur juga mengalami kejadian banjir yang signifikan akibat luapan Kali Ciliwung. Pada Minggu dini hari, (6/7), sekitar pukul 02.00 WIB, wilayah Jakarta Timur dilanda banjir yang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan meluapnya aliran Kali Ciliwung dan menggenangi pemukiman warga di tiga kecamatan: Jatinegara, Kramat Jati, dan Pasar Rebo. Enam kelurahan yang terdampak adalah Kelurahan Bidara Cina dan Kampung Melayu di Kecamatan Jatinegara; Bale Kambang, Cawang, dan Cililitan di Kecamatan Kramat Jati; serta Kelurahan Gedong di Kecamatan Pasar Rebo.
Banjir tersebut berdampak pada 350 KK atau sekitar 1.114 jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 116 KK atau kurang lebih 360 jiwa terpaksa mengungsi ke sejumlah lokasi penampungan darurat. Sebaran pengungsi antara lain: 137 jiwa di Aula Kantor Kelurahan Bidara Cina, RPTRA Bidara Cina, dan Masjid Jami Al-Abror; 74 jiwa di Masjid Jami Ittihadul Ikhwan; 119 jiwa di SDN 01/02 Kampung Melayu; 11 jiwa di Masjid Al-Hawi, Cililitan; serta 30 jiwa di Mushala Al-Ishlah, Kampus Binawan, Cawang.
Selain korban terdampak, banjir juga menyebabkan kerusakan materil dengan estimasi 350 unit rumah warga terendam air. Tinggi Muka Air di beberapa lokasi bervariasi, mulai dari 60 cm hingga mencapai 250 cm. Kondisi ini menyebabkan lumpuhnya aktivitas warga dan memicu kekhawatiran akan potensi bencana susulan.
BPBD Provinsi DKI Jakarta merespons cepat dengan melakukan asesmen ke lokasi-lokasi terdampak sejak dini hari. Tim evakuasi dan logistik telah dikerahkan untuk membantu warga yang terdampak, serta melakukan pendataan dan pengawasan terhadap perkembangan situasi. Bantuan kebutuhan dasar juga mulai disalurkan secara bertahap.
Hingga Minggu sore, (6/7), kondisi banjir di beberapa wilayah dilaporkan mulai berangsur surut. Meski demikian, BPBD DKI Jakarta tetap mengimbau masyarakat untuk tetap siaga dan mengikuti perkembangan cuaca serta informasi resmi dari pemerintah daerah. Upaya penanganan dan pemulihan akan terus dilakukan hingga kondisi sepenuhnya dinyatakan aman.
Di Provinsi Jawa Barat, Kota Depok turut terdampak banjir akibat curah hujan tinggi yang mengguyur wilayahnya. Pada Sabtu, (5/7), wilayah Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, dilanda banjir akibat hujan yang turun dengan intensitas cukup tinggi. Curah hujan yang terjadi dalam waktu relatif singkat namun deras tersebut menyebabkan genangan di sejumlah titik, termasuk akses jalan utama, yang mengganggu aktivitas warga dan mobilitas kendaraan.
Banjir ini berdampak pada 30 KK yang tersebar di wilayah terdampak, dan sebanyak 30 unit rumah dilaporkan mengalami kerusakan ringan hingga sedang akibat genangan air. Tidak ada laporan korban jiwa, namun warga terdampak mengalami gangguan aktivitas sehari-hari serta potensi kerusakan pada harta benda pribadi.
Sebagai respons cepat, tim pemadam kebakaran (Damkar) Kota Depok bergerak ke lokasi terdampak dan melakukan koordinasi dengan aparat pemerintahan setempat. Upaya asesmen awal telah dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan dan kebutuhan mendesak warga. Petugas juga terus berjaga untuk memastikan keselamatan masyarakat serta memantau potensi hujan susulan.
Hingga Minggu, (6/7), proses penanganan masih terus berlangsung. Genangan air di beberapa titik belum sepenuhnya surut, dan petugas gabungan tetap berada di lapangan untuk memastikan kondisi dapat segera terkendali. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada serta mengikuti instruksi dari petugas di lapangan demi keselamatan bersama.
Bergeser ke timur, Kota Mataram juga menghadapi situasi banjir setelah diguyur hujan lebat disertai angin kencang. Wilayah Kota Mataram dan sekitarnya mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada Minggu, (6/7), mulai pukul 14.00 WITA. Hujan terjadi dalam durasi yang cukup lama dan disertai dengan kilat, petir, serta angin kencang. Kondisi cuaca ekstrem ini menyebabkan meluapnya air sungai yang kemudian merendam sejumlah permukiman warga di beberapa titik.
Wilayah yang terdampak banjir mencakup tiga kecamatan utama di Kota Mataram, yaitu Kecamatan Sandubaya, Kecamatan Mataram, dan Kecamatan Cakranegara. Berdasarkan pendataan awal, sebanyak 92 KK terdampak langsung oleh banjir, dan setidaknya 92 unit rumah warga terendam air. Pendataan lebih lanjut masih terus dilakukan untuk memastikan skala dampak secara keseluruhan.
Merespons kejadian ini, BPBD Kota Mataram segera berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan melakukan asesmen lapangan. Upaya penanganan darurat melibatkan berbagai unsur, termasuk Tim Reaksi Cepat (TRC) dari BPBD Provinsi NTB dan BPBD Kota Mataram, unsur TNI/Polri, Basarnas, relawan kebencanaan, serta aparatur kecamatan, kelurahan, dan masyarakat setempat. Semua pihak bekerja sama untuk membantu evakuasi, memberikan pertolongan darurat, dan memastikan keselamatan warga terdampak.
Saat ini, hujan telah mereda, namun genangan air masih terlihat di sejumlah permukiman. Tim di lapangan masih terus memantau dan melakukan penyisiran untuk mengevakuasi warga yang masih terjebak. Kebutuhan mendesak di lokasi terdampak mencakup evakuasi warga, makanan siap saji, air mineral, terpal, serta alat penerangan. BPBD bersama pihak terkait terus berupaya memenuhi kebutuhan dasar warga sambil menunggu kondisi benar-benar membaik.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan petugas apabila terjadi hujan lanjutan. Pemerintah Kota Mataram akan terus memberikan informasi terbaru dan melakukan langkah-langkah lanjutan demi menjaga keselamatan dan kenyamanan warga di tengah situasi darurat ini.
Sementara itu, di wilayah Sulawesi, banjir juga terjadi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat pada Jumat, (4/7). Curah hujan yang cukup ekstrem tersebut menyebabkan banjir di sejumlah wilayah, khususnya di Kecamatan Matakali dan Kecamatan Wonomulyo, dengan ketinggian air mencapai 30 hingga 50 cm. Banjir ini mengakibatkan genangan di permukiman warga serta merendam kawasan pertanian dan perikanan di beberapa titik.
Wilayah terdampak banjir meliputi dua kecamatan dan tersebar di 1 kelurahan dan 5 desa, yaitu: Desa Patampanua di Kecamatan Matakali, serta Kelurahan Sidodadi, Desa Sumberjo, Desa Campurjo, Desa Tumpiling, dan Desa Galeso di Kecamatan Wonomulyo. Berdasarkan data terakhir, tercatat sebanyak 414 KK terdampak banjir, dengan rincian: Desa Patampanua 65 KK, Kelurahan Sidodadi 118 KK, Desa Sumberjo 1 KK, Desa Campurjo 25 KK, Desa Tumpiling 185 KK, dan Desa Galeso 20 KK.
Dari segi kerugian materiel, banjir ini merendam setidaknya 366 unit rumah milik warga. Rinciannya adalah: Desa Patampanua sebanyak 50 rumah, Kelurahan Sidodadi 95 rumah, Desa Sumberjo 1 rumah, Desa Campurjo 25 rumah, Desa Tumpiling 180 rumah, dan Desa Galeso 15 rumah. Selain rumah, banjir juga merendam 66 Ha lahan persawahan dan 27 hektare tambak, dengan rincian: Desa Campurjo mengalami 10 hektare sawah terendam, sedangkan di Desa Galeso terdapat 56 hektare sawah dan 27 hektare tambak yang turut terdampak.
Menanggapi kejadian ini, BPBD Provinsi Sulawesi Barat segera melakukan koordinasi untuk memantau perkembangan situasi di lapangan. Komunikasi terus dilakukan dengan BPBD Kabupaten Polewali Mandar, yang juga telah menurunkan TRC ke lokasi kejadian. Tim tersebut berkoordinasi dengan aparat pemerintah setempat untuk melakukan pemantauan dan pendataan secara langsung di seluruh wilayah terdampak.
Kondisi mutakhir hingga Minggu, (6/7), menunjukkan bahwa banjir masih menggenang di beberapa titik. Sebagian warga terdampak memilih untuk mengungsi sementara ke rumah keluarga terdekat, mengingat rumah mereka belum dapat ditempati secara layak. Pemerintah daerah terus melakukan upaya mitigasi dan penanganan darurat guna mencegah dampak lanjutan serta memastikan keselamatan dan kebutuhan dasar warga terdampak terpenuhi.
Terakhir, di bagian tengah Indonesia, Kabupaten Buol turut dilanda banjir yang merendam dua desa di Kecamatan Paleleh. Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Buol pada Jumat, (4/7) menyebabkan terjadinya banjir di Kecamatan Paleleh. Intensitas hujan yang tinggi memicu genangan air yang merendam dua desa, yakni Desa Kwala Besar dan Desa Baturata. Air yang meluap memasuki permukiman warga serta merusak lahan perkebunan di sekitar wilayah terdampak.
Banjir ini berdampak pada 152 KK, dengan rincian 90 KK terdampak di Desa Kwala Besar dan 62 KK di Desa Baturata. Sebanyak dua KK dari Desa Kwala Besar juga dilaporkan mengungsi sementara waktu demi keselamatan. Selain itu, kerugian materiel cukup signifikan, dengan total 147 unit rumah yang terdampak banjir. Di sektor pertanian, sekitar 12 hektare lahan perkebunan milik warga di Desa Kwala Besar ikut tergenang dan mengalami kerusakan.
Menanggapi bencana ini, BPBD Kabupaten Buol segera melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan melaksanakan asesmen lapangan. Tim tanggap darurat juga dikerahkan untuk mendata kebutuhan warga serta memantau kondisi lingkungan terdampak. Kebutuhan mendesak saat ini mencakup logistik penanggulangan bencana serta bantuan sembako untuk warga yang terdampak.
Banjir dilaporkan telah surut di kedua desa pada Minggu, (6/7). Warga secara mandiri mulai membersihkan rumah masing-masing dan melakukan pemulihan secara bertahap. BPBD Kabupaten Buol akan terus memantau perkembangan pascabencana dan memastikan distribusi bantuan dapat menjangkau seluruh warga yang membutuhkan.
BNPB mengimbau seluruh masyarakat di wilayah rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor, mengingat intensitas hujan yang masih tinggi di beberapa daerah. Khususnya untuk daerah yang rawan karhutla, masyarakat diminta untuk tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan dan segera melaporkan jika menemukan titik api. Selalu ikuti informasi dan arahan dari pemerintah daerah serta BPBD setempat. Pastikan Anda mengetahui jalur evakuasi dan lokasi pengungsian terdekat jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Abdul Muhari, Ph.D.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Admin