Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air Tanggal 27 Juli 2025

Dilihat 268 kali
Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air Tanggal 27 Juli 2025

Foto : Tim Gabungan melakukan pemadaman di lokasi lahan yang terbakar pada wilayah Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (26/7). (BPBD Kabupaten Bangka Belitung.`)

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merangkum laporan kejadian bencana sepanjang akhir pekan terakhir bulan Juli 2025. Laporan yang diterima oleh Pusdalops BNPB mencatat sejumlah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi di beberapa daerah.

Seluas 200 hektare lahan gambut di Desa Siran, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur terbakar pada Kamis (21/7). Meskipun lokasi kebakaran dekat dengan area permukiman warga Desa Muara Siran, namun tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Hingga Sabtu (26/7), terpantau masih tampak titik api dan asap yang cukup tebal. 

Kejadian serupa terjadi di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada Jumat (25/7), lahan seluas 6,2 hektar di Desa Pembaharuan, Kecamatan Kelapa Sampit dan Desa Tg. Batu Itam, Kecamatan Simpang Pesak terbakar. BPBD Kabupaten Belitung Timur yang menerima laporan bergegas menuju lokasi dan melakukan pemadaman api jalur darat. Si jago merah berhasil dipadamkan pada Sabtu (26/7).

Karhutla juga terjadi di Provinsi Bengkulu, tepatnya di Desa Pagar Agung, Kecamatan Bermani Ilir, Kabupaten Kepahiang. Peristiwa ini terjadi pada Sabtu (26/7). Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Kepahiang bersama DAMKAR, TNI, dan POLRI berupaya memadamkan api dengan satu unit mobil pemadam kebakaran dan satu unit mobil tangki air. Api berhasil padam pada hari yang sama.

Memasuki puncak musim kemarau pada akhir Juli hingga awal Agustus 2025 ini, BNPB mengimbau Pemerintah Daerah, khususnya di enam provinsi prioritas Karhutla untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi risiko bencana karhutla. Prakiraan curah hujan pada dasarian keempat Juli hingga dasarian pertama Agustus 2025 terpantau berada dalam kategori rendah, di bawah 50 mm.

Saat ini, BNPB melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC) di tiga provinsi yaitu Riau, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat. OMC ini dilakukan guna percepatan penanganan karhutla yang melanda wilayah tiga provinsi tersebut.

Selain kejadian karhutla, penanganan dampak gempa M5,7 di Kabupaten Poso juga menjadi perhatian BNPB. Hingga Sabtu (26/7) masih terjadi gempa susulan sedikitnya 148 kali. Kaji cepat tim BPBD Kabupaten Poso mencatat sebanyak empat orang mengalami luka ringan dan 609 kepala keluarga (KK) terdampak. Sebanyak 2.011 jiwa mengungsi terdiri dari warga Desa Tokilo sebanyak 596 orang, warga Desa Tindoli sebanyak 887 orang, dan warga Desa Tolambo sebanyak 528 orang.

Kerugian materil terdampak gempa antara lain 14 unit rumah rusak berat, 92 unit rumah rusak ringan, satu unit fasilitas ibadah dan satu unit fasilitas pendidikan rusak ringan.

Tim BNPB yang dipimpin oleh Direktur Dukungan Infrastruktur Darurat telah menuju ke lokasi terdampak guna melakukan pendampingan dan penyerahan bantuan dukungan operasional darurat.

Sementara itu, dari Flores Timur, Nusa Tenggara Timur Pos Pengamatan Gunungapi Lewotobi Laki-laki mengimbau masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana untuk lebih waspada karena dinamika aktivitas vulkanik gunung ini terpantau meningkat. Data gempa menunjukkan penurunan aktivitas gempa tipe Low Frequency, tetapi terjadi peningkatan signifikan pada gempa non-harmonik dan gempa vulkanik dalam. Hal ini menandakan bahwa aktivitas magma masih kuat, baik di kedalaman maupun mendekati permukaan. Gunung Lewotobi Laki-laki masih ditetapkan dalam status Awas atau Level IV sejak 17 Juni 2025. 

Masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 km dan sektoral barat daya - timur laut 7 km dari pusat erupsi, serta tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah. Masyarakat juga diminta untuk tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya.



Abdul Muhari, Ph.D.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis

Admin


BAGIKAN