Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air Tanggal 24 Juli 2025

Dilihat 279 kali
Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air Tanggal 24 Juli 2025

Foto : Upaya pemadaman titik api oleh tim gabungan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Selasa (22/7). (BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota)

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sejumlah kejadian bencana dalam kurun waktu 24 jam terakhir, terhitung sejak Rabu (23/7) pukul 07.00 WIB hingga Kamis (24/7) pukul 07.00 WIB. Sebagian besar kejadian tersebut merupakan kelanjutan dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang telah terjadi sebelumnya dan hingga kini masih ditangani oleh tim gabungan di berbagai daerah. Musim kemarau yang berkepanjangan, suhu udara tinggi, serta vegetasi yang mudah terbakar terus meningkatkan risiko karhutla di sejumlah wilayah, khususnya di Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

Di Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat, kebakaran lahan terjadi pada Rabu (23/7) di Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah. Dipicu oleh suhu udara yang tinggi akibat musim kemarau, titik panas (hotspot) berkembang menjadi kebakaran lahan seluas 40 hektare. Meski tidak ada korban jiwa, kebakaran ini berpotensi meluas karena angin kencang dan kondisi lahan yang kering. BPBD Kota Solok bersama unsur TNI, Polri, Manggala Agni, dan relawan telah melakukan pemadaman secara manual menggunakan alat semprot air karena akses kendaraan besar ke lokasi sulit dijangkau. Hingga kini, proses pemadaman masih berlangsung dan tim gabungan tetap siaga untuk mencegah penyebaran ke wilayah lain.

Sementara itu, di Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara, kebakaran lahan perkebunan sawit milik warga yang mulai terjadi sejak Minggu (20/7) pukul 14.00 WIB juga masih ditangani. Lokasi terdampak meliputi Desa Lantosan, Kecamatan Portibi, dan Desa Bargot Topong, Kecamatan Haholongan, dengan total luas lahan terbakar mencapai 66 hektare. Rinciannya, 6 hektare di Desa Lantosan dan 60 hektare di Desa Bargot Topong. Meskipun api di Desa Lantosan telah berhasil dipadamkan, titik-titik api di Desa Bargot Topong masih aktif dan memerlukan penanganan lanjutan. BPBD Padang Lawas Utara bersama Satpol PP, Damkar, dan masyarakat terus melakukan pembasahan serta pemantauan di lapangan dengan metode manual akibat medan yang tidak dapat dijangkau kendaraan pemadam. Hingga Kamis pagi (24/7), tim gabungan masih bersiaga untuk mencegah perluasan ke area lain.

Adapun kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, sejak Sabtu (12/7), masih ditangani secara intensif oleh tim gabungan di lapangan. Karhutla berskala besar ini telah melanda 10 kecamatan dan 22 nagari, di antaranya Kecamatan Harau, Pangkalan Koto Baru, Mungka, Suliki, Akabiluru, Guguak, Luak, dan lainnya. Luas lahan yang terbakar mencapai 864,87 hektare, dengan wilayah terdampak terparah berada di Kecamatan Pangkalan Koto Baru (500 hektare) dan Kecamatan Harau (227,48 hektare). Selain itu, dilaporkan pula satu unit kandang beserta ternak ayam turut terbakar. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian materiil cukup besar dan mengganggu aktivitas masyarakat setempat.

BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota mengerahkan seluruh kapasitas yang tersedia bersama TNI, Polri, Dinas Pemadam Kebakaran, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Satpol PP, UPT KPHL Provinsi Sumbar, PMI, relawan masyarakat, serta Tim Manggala Agni. Upaya pemadaman dilakukan menggunakan mobil tangki air, kendaraan operasional, dan ambulans, dengan dukungan bantuan dari BPBD Provinsi Sumbar. Sebagian titik api telah berhasil dikendalikan, namun api masih aktif di Nagari Tarantang, Kecamatan Harau, dan berpotensi menjalar ke permukiman, sehingga menjadi fokus utama penanganan oleh petugas gabungan.

Namun, upaya penanganan menghadapi berbagai kendala di lapangan, seperti angin kencang yang mempercepat penyebaran api, topografi terjal yang menyulitkan akses ke lokasi kebakaran, serta keterbatasan pasokan air akibat kekeringan berkepanjangan. Menyikapi kondisi ini, Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota telah menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Karhutla selama 14 hari, terhitung sejak 17 hingga 30 Juli 2025, melalui SK No. 300.2.3/156/BUP-LK/VII/2025. BPBD setempat juga telah mengajukan permintaan tambahan mobil tangki ke BPBD Provinsi, permintaan pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca, serta peralatan pemadaman ke BNPB di Jakarta.

Melihat situasi yang masih berlangsung di berbagai wilayah, BNPB mengimbau seluruh pemerintah daerah, aparat desa, dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman karhutla, terutama di wilayah yang tengah dilanda musim kemarau panjang. Masyarakat diminta untuk tidak melakukan pembakaran terbuka dalam bentuk apa pun, termasuk untuk pembukaan lahan atau pembersihan kebun. Apabila ditemukan asap, api, atau gejala karhutla lainnya, segera laporkan kepada BPBD atau perangkat desa setempat agar dapat segera ditindaklanjuti.


Abdul Muhari, Ph.D.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis

Admin


BAGIKAN