Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air Tanggal 10 Juli 2025

Dilihat 167 kali
Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air Tanggal 10 Juli 2025

Foto : Pemukiman warga di Desa Kadai, Kecamatan Mare, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang terdampak banjir, (5/7). (BPBD Kabupaten Bone)

JAKARTA - Bencana hidrometeorologi basah masih mendominasi laporan bencana yang dicatat Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga hari ke sepuluh bulan Juli 2025. Berikut adalah rangkuman perkembangan informasi dan penanganan darurat pada hari ini, Kamis (10/7), pukul 07.00 WIB.

Laporan pertama diterima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi. Tanah longsor terjadi di Desa Bojonggenteng Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat pada Rabu (9/7) pukul 02.00 WIB. Kejadian ini menyebabkan seorang lelaki berusia 15 tahun meninggal dunia karena tertimbun longsor.

Selain korban tewas, dua warga dilaporkan terluka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut. Sementara itu petugas mencatat kerugian material dua rumah warga rusak berat terdampak material longsoran.

Beralih ke wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, banjir bandang dilaporkan terjadi di Kabupaten Bone pada Sabtu (5/7). Kejadian ini dipicu hujan deras yang terjadi di wilayah tersebut sejak pukul 2 dini hari hingga pukul 10.00 WITA. Akibatnya, Sungai

Palakka, Sungai Data, Sungai Hulo, Sungai Lappa Bosse dan Sungai Baruttunge mengalami peningkatan debit air dan meluap hingga ke pemukiman warga.

Banjir bandang berdampak pada 9 desa dan 3 kelurahan di 8 kecamatan, total sebanyak 500 Kepala Keluarga (KK) terdampak. Petugas mencatat sebanyak 495 rumah terdampak dan enam jembatan rusak diterjang banjir. 

BNPB diwakili tim Kedeputian Penanganan Darurat bersama Wakil Bupati Bone melakukan peninjauan

lokasi jembatan gantung yang putus di Kecamatan Palakka. Dua jembatan gantung tersebut terletak di Desa Usa dan Desa Tengnga. SK tanggap darurat telah ditetapkan selama 14 hari hingga 18 Juli 2025 mendatang.

Selain bencana hidrometeorologi basah, BNPB juga menerima laporan kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di dua lokasi. Lokasi pertama dari Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Titik api berada di Desa Sigama, Kecamatan Padang Bolak. Laporan adanya titik api diterima pada Rabu (9/7) pukul 19.00 WIB dan berhasil dipadamkan pada 21.30 WIB. Tercatat sedikitnya dua hektar lahan terbakar dari kejadian ini.

Karhutla juga dilaporkan di wilayah Kenagarian Painan Selatan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat pada Rabu (9/7) pukul 16.30 WIB. Tim BPBD, POL-PP, Damkar, TNI/POLRI dan pihak Kenagarian serta dibantu warga bersama-sama melakukan pemadaman ke lokasi kejadian. Pada hari yang sama api berhasil dipadamkan, namun sedikitnya dua hektar lahan terbakar akibat kejadian ini.

Penyebab dua kejadian karhutla tersebut masih dilakukan penyelidikan oleh pihak yang berwajib dari masing-masing wilayah.

Menanggapi situasi ini, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap ancaman bencana yang dapat terjadi kapan saja. Warga diimbau untuk melakukan langkah-langkah mitigasi, antara lain dengan membersihkan saluran drainase, mempersiapkan area penampungan air, memangkas dahan pohon untuk mengurangi potensi pohon roboh saat cuaca ekstrem serta menetapkan rencana kedaruratan dan evakuasi. 

Sementara itu untuk langkah-langkah pencegahan bencana karhutla yang dapat dilakukan antara lain patroli rutin di area rawan kebakaran, pembersihan lahan dari material yang mudah terbakar, memastikan ketersediaan air dan peralatan untuk pemadaman, edukasi masyarakat hingga pelatihan dan simulasi secara rutin.



Abdul Muhari, Ph.D.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB


Penulis

Admin


BAGIKAN