Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air 14 Juni 2025
14 Jun 2025 10:16 WIB

Foto : Kondisi banjir yang terjadi di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Jumat (13/6). (BPBD Kabupaten Malaka)
JAKARTA – Akhir pekan kedua Juni 2025, BNPB mencatat beberapa kejadian bencana yang disebabkan faktor hidrometeorologi. Berikut ini informasi penanganan bencana yang dihimpun hingga Sabtu (14/6), pukul 07.00 WIB.
Hujan intensitas tinggi melanda Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, pada Jumat siang (13/6). Kondisi ini menyebabkan banjir di dua desa, Kecamatan Obi Selatan. Satu warga dilaporkan meninggal dunia dan warga terdampak 70 KK, sedangkan 2 KK telah mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Hingga Jumat malam (13/6), BPBD masih melakukan penanganan dan pendataan. Pantauan akhir tercatat tinggi muka air antara 40 – 70 cm.
Banjir yang melanda Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, mengalami penurunan ketinggian genangan. Hal tersebut dilaporkan pada Jumat (13/6). Peristiwa hidrometeorologi basah pada 10 Juni 2025 lalu melanda 6 desa di 1 kecamatan. BPBD setempat mencatat 2.301 KK (6.946 jiwa) terdampak. Kerugian material yang terdampak antara lain 1.212 rumah, fasilitas ibadah 27 unit, fasilitas Pendidikan 26 unit, fasilitas kesehatan 10 unit, fasilitas umum 5 unit. Selain itu, sekitar 720 hektar lahan pertanian turut terdampak. Pada saat kejadian (10/6), tinggi muka air antara 50 – 103 cm.
Banjir juga terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya Kabupaten Sinjai, pada Kamis (12/6), pukul 08.00 Wita. Perkembangan pada Jumat (13/6), banjir telah surut pada hari berlangsungnya kejadian. Banjir yang melanda 7 desa di 3 kecamatan tersebut tidak mengakibatkan adanya korban jiwa. Lokasi kejadian berada di Kecamatan Tellulimpoe, Sinjau Utara dan Sinjai Timur. Sedangkan data korban terdampak berjumlah 60 KK (271 jiwa), sedangkan kerugian material terdampak antara lain rumah 60 unit, fasilitas pendidikan 3 unit, perkantoran 9 unit, lahan sawah 9 hektar dan sejumlah titik jalan.
Peristiwa yang sama terjadi di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Banjir melanda 12 desa di 4 kecamatan pada Jumat (13/6), pukul 05.00 Wita. Hujan lebat menyebabkan debit air Sungai Motadelek dan Lamea melupa hingga menggenangi pemukiman. BPBD masih melakukan pendataan hingga hari ini, Sabtu (14/6). Data sementara menyebutkan warga terdampak 200 KK (610 jiwa). Pada laporan BNPB per hari ini (14/6) banjir telah surut.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di wilayah Karo, Provinsi Sumatra Utara, pada Kamis (12/6), pukul 10.00 waktu setempat atau WIB. Pantauan pada Jumat (13/6), pukul 09.00 WIB, titik api telah dikendalikan sepenuhnya. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo memastikan kembali titik api padam di lokasi kejadian. Luasan wilayah terdampak karhutla masih dalam perhitungan otoritas setempat. Titik karhutla teridentifikasi pada dua desa di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Barusjahe dan Merek.
Di provinsi tetangga, tepatnya di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, karhutla juga berhasil dipadamkan petugas gabungan. Pihak BPBD setempat masih melakukan penyelidikan kronologi peristiwa karhutla yang terjadi itu. Pada Jumat (13/6), api telah padam. Lokasi karhutla berada di Gampong Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime Gayo. BPBD melaporkan 2 hektar lahan terbakar akibat peristiwa tersebut.
Hujan lebat, kondisi lahan dan drainase yang kurang baik menyebabkan gerakan tanah di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, pada Minggu, 20 April 2025 silam. BPBD melaporkan adanya kampung berpotensi terisolir karena fenomena tersebut. Pada Jumat (13/6), sejumlah kampung di Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, yang berpotensi terdampak yaitu Cihampelas, Telaga Randiah dan Cigintung. Menyikapi hal ini, BNPB telah mengirimkan tim untuk asesmen dan kaji kebutuhan, seperti di Kecamatan Sukatani. Hingga kini tercatat, warga terdampak 81 KK (254 jiwa) dan mengungsi 75 KK (236 jiwa), sedangkan rumah terdampak 72 unit.
Merespons kejadian dan potensi bahaya fenomena alam, BNPB selalu mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk waspada dan siap siaga. Meskipun memasuki musim kemarau, cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi hampir seluruh wilayah Nusantara. Sedangkan wilayah dengan tingkat kemudahan terbakar di lapisan atas permukaan Tanah hingga esok hari (15/6) terpantau di wilayah Aceh, Riau, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur. Oleh karena itu, BNPB mengimbau upaya pencegahan dini menjadi kunci efektivitas penanganan karhutla dibandingkan upaya pemadaman ketika api sudah mulai meluas.
Abdul Muhari, Ph.D.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Admin