Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Menjaga Bersama Kekayaan Emas Hijau dan Emas Biru di Tanah Maluku

Dilihat 1234 kali
Menjaga Bersama Kekayaan Emas Hijau dan Emas Biru di Tanah Maluku

Foto : (BNPB)

JAKARTA – Maluku di bagian timur Indonesia menyimpan kekayaan alam yang sangat luar biasa. Hal tersebut dapat dilihat dari perjalanan sejarah persekutuan dagang Belanda bernama Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC yang pernah menguasai dan memanfaatkan kekayaan rempah-rempah di kepulauan ini.

 

Selain kekayaan rempah-rempah, Maluku memiliki beragam fauna laut yang bernilai tinggi, seperti ikan kerapu, bubara, dan kakap putih. Ini mendorong Doni Monardo, yang kala itu ditugaskan ke Ambon, untuk membuat sebuah program emas hijau dan emas biru.

 

Ketika akan hendak mendarat di Banda Udara (Bandara) Pattimura, Ambon, ia melihat sepinya aktivitas perekonomian di Teluk Ambon.

 

“Menjelang pesawat yang saya tumpangi mendarat di Bandara Pattimura. Saya melihat Teluk Ambon yang indah itu tidak ada aktivitas apapun, kosong. Padahal kalau saya mendarat di Jakarta, melintasi Teluk Jakarta, saya menyaksikan Teluk Jakarta penuh dengan berbagai macam aktivitas ekonomi,” ungkap Doni yang menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui webinar diskusi dengan masyarakat Maluku pada Jumat (11/9).

 

Kondisi geografis kepulauan Maluku sangat menguntungkan dalam mendulang emas biru, yaitu budidaya ikan laut. Pada program budidaya ikan Doni menyampaikan, ini memang sangat bagus untuk dilakukan karena Maluku memiliki ribuan teluk yang dapat dijadikan kandang ikan. Ia menambahkan, jadi jika suatu saat cuaca buruk, masyarakat nelayan dapat mengambil ikan-ikan yang ada di kandang. 

 

“Kalau pola ini bisa dilakukan, pengusaha dari berbagai daerah melakukan kajian dan survei dulu, saya yakin tidak perlu keramba, keramba kan tidak ada untuk memelihara ikan. Nah, Maluku ini kan ada ribuan teluk-teluk yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi kandang ikan/bank ikan. Jadi, jika cuaca jelek masyarakat bisa mengambil ikan dari tempat yang sudah disiapkan dan itu jumlahnya sangat banyak. Jadi ke depannya kita jangan hanya tergantung dari perikanan tangkap dan kita harus berpikir program perikanan budidaya,” ucap Doni.

 

Dalam pemikirannya, ia berharap ada terobosan teknologi untuk mengembangkan budidaya ikan di Maluku. “Program emas biru harus ada terobosan dengan teknologi. Dengan teknologi, saya yakin semakin luar biasa. Laut Maluku menurut pandangan saya dan juga teman-teman yang sudah berkunjung ke Maluku, salah satu laut terbaik  di dunia karena bersih, temperaturnya stabil,” ujarnya.

 

Sementara itu, Doni juga mengatakan bahwa Maluku memiliki daya tarik pariwisata yang indah.

 

“Di antara Selat Moalakor mungkin tidak banyak yang tahu ini ibu kota Maluku Barat Daya, memiliki banyak koral yang sangat indah. Jadi kalau bicara tentang masa depan pariwisata itu harusnya Maluku termasuk menjadi salah satu yang teratas hanya saja belum dipublikasikan, belum dipromosikan sebagaimana yang diharapkan. Saya yakin Maluku akan menjadi pusat wisata alam dunia,” katanya.

 

Pada kesempatan itu, Doni yang juga ditunjuk sebagai Kepala Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menjelaskan, kekayaan emas hijau atau pohon dan tanaman tumbuh di Maluku. Kekayaan alam itu telah dimanfaatkan ratusan tahun lalu oleh bangsa asing.

 

“Kemudian tentang emas hijau, ternyata setelah saya pelajari tentang VOC, berapa banyak peninggalan VOC di Maluku, sebanyak 80 benteng awalnya untuk mengamankan rempah-rempah. Jadi artinya pemerintah Hindia-Belanda mendapatkan kekayaan dari Nusantara. Paling banyak di wilayah Maluku dan Maluku Utara jenis yang diperoleh adalah cengkeh dan pala,” tuturnya.

 

Selain itu, Maluku memiliki banyak sekali jenis pohon. “Ada pohon damar, pohon masoya , pohon pinang. Selain itu juga kopi Sapalewa yang hanya di ekspor ke Eropa dan harganya mahal, juga cendana di Pulau Wetar dan di utara Pulau Moa serta Maluku juga memiliki pohon torem yang sudah sangat langka, pohon rao beserta pohon lingua paling banyak di Seram dan Tanimbar. Jadi kalau saya pikir alam Maluku ini sangat subur,” ungkapnya.

 

Melalui program yang digagasnya itu, kemudian suatu ketika Presiden Joko Widodo pernah menanyakan manfaat program emas hijau dan emas biru ini. Ia pun mengatakan, di samping manfaatnya bagi masyarakat setempat, ini dapat menjadi media TNI untuk membangun pendekatan kepada masyarakat.

 

Doni pun terus mengingatkan seluruh masyarakat Maluku untuk dapat ekosistem yang ada.

 

”Jaga ekosistem, harus saling kuat karena sampai ada buaya mati di air akibat merkuri dan lingkungan pun menjadi rusak, jadi saya harapkan jangan terjadi lagi hanya untuk mendapat keuntungan yang tidak sebanding dengan kerusakan yang terjadi,” pesannya.

 

Ia mengatakan bahwa Maluku bisa berdiri kuat dengan sendirinya tanpa bantuan manapun dengan kekayaan alam yang dimiliki.

 

”Yang perlu kita pikirkan ke depan adalah bagaimana seluruh komponen masyarakat Maluku baik di dalam maupun di luar negeri bersatu, berpikir dan merencanakan program apa yang harus dilakukan agar Maluku bisa sejahtera dan maju,” ujarnya.

 

Di akhir diskusi Doni kembali berpesan,”Saya berpesan kepada basudara global di manapun berada harus bisa meningkatkan potensi-potensi ini menjadi nilai yang lebih tinggi agar masyarakat lebih sejahtera, luar biasa.”

 

 

Raditya Jati

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis

Admin


BAGIKAN