Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Menavigasi Ketidakpastian: Mempromosikan Resiliensi Berkelanjutan Menghadapi Krisis Masa Depan

Dilihat 647 kali
Menavigasi Ketidakpastian: Mempromosikan Resiliensi Berkelanjutan Menghadapi Krisis Masa Depan

Foto : Ngobrol Pintar Bareng BNPB dg Tema "Menavigasi Ketidakpastian : Mempromosikan Resiliensi Berkelanjutan Menghadapi Krisis Masa Depan" di Studio BNPB, Kamis (27/6). (Bidang Komunikasi Kebencanaan BNPB/Beratria Sukisno)

JAKARTA - Perubahan iklim dan meningkatnya intensitas bencana menyebabkan ketidakpastian di masa depan serta menjadi isu tantangan global. Kondisi ini tentu juga berpengaruh terhadap pembangunan berkelanjutan baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan dari berbagai sektor wajib berperan aktif dalam upaya penanggulangan bencana. Diperlukan kemauan untuk menginvestasikan pengetahuan dan sumber daya untuk dapat menjamin peningkatan ketahanan terhadap bencana, mitigasi risiko, serta resiliensi keberlanjutan.

Topik di atas dibahas dalam acara bertajuk “NGOPI (Ngrobrol Pintar) Bareng BNPB” edisi bulan Juni 2024 yang mengambil tema “Menavigasi Ketidakpastian: Mempromosikan Resiliensi Berkelanjutan Menghadapi Krisis Masa Depan”. Acara ini menghadirkan narasumber Said Faisal dari SIAP SIAGA sebagai Senior Advisor on Disaster Management, dan Andrian Cader sebagai Direktur Operasional ADEXCO.

Berdasarkan penerapan “Bali Agenda for Resilience”, Indonesia menjadi tuan rumah Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) yang pertama pada bulan Maret 2023. Acara ini mempertemukan para pemimpin, pakar, dan pemangku kepentingan dari seluruh kawasan Indo-Pasifik untuk memperdalam kolaborasi dan bertukar wawasan mengenai isu-isu mendesak yang bersinggungan dengan perubahan iklim, bencana, dan pembangunan berkelanjutan. 

Diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indonesia menegaskan kembali komitmennya untuk memperjuangkan solusi yang berketahanan dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan global yang semakin meningkat. Dengan menyelenggarakan GFSR yang pertama, Indonesia menunjukkan kepemimpinan yang jelas dalam mendorong agenda menuju perekonomian yang lebih tangguh dan berkelanjutan untuk semua. Pada GFSR kedua yang akan diselenggarakan pada 11-14 September 2024 dalam rangkaian ADEXCO ke-3 juga menjadi ajang refleksi dari 20 tahun bencana tsunami Samudera Hindia. Pada forum ini Indian Ocean Rim Association (IORA) turut dilibatkan sebagai upaya dalam mendapatkan gambaran upaya mengatasi perubahan iklim, peningkatan ketahanan bencana serta pembagunan berkelanjutan di negara IORA pasca tsunami 26 Desember 2004. 

Kegiatan tahunan ADEXCO mendukung implementasi resiliensi berkelanjutan melalui pameran dan konferensi. Konferensi GFSR merupakan platform kolaboratif bagi pemangku kepentingan untuk mendorong konvergensi dan koherensi berlandaskan pada Paris agreement, sendai framework dan SDG’s.

Tujuan utama Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) adalah untuk meningkatkan pemahaman dan tindakan untuk membangun masyarakat yang berketahanan dan berkelanjutan dalam menghadapi meningkatnya risiko bencana dan ketidakpastian. 

Said menyampaikan, ketiga bagian ini (Paris agreement, Sendai Framework dan SDGs) perlu dijembatani agar menjadi satu kesatuan tidak lagi silo dalam mendorong ketangguhan bencana, pengurangan risiko dan pembangunan berkelanjutan pada forum global ini. Selain itu Senior Advisor SIAP SIAGA ini juga menekankan pentingnya penyebaran informasi bidang kebencanaan seperti resiliensi berkelanjuatan ini melalui media kreatif berupa konten yang direpetisi agar dapat melekat pada ingatan masyarakat. 

Sementara Andrian menyampaikan, seringkali pameran hanya menampilkan banyak sektor swasta memperkenalkan produknya yang cenderung membawa kepentingan masing-masing, dengan adanya forum ADEXCO yang di dalamnya terdapat konferensi ini dapat menjembatani antar kepentingan sehingga terjalin kolaborasi, transfer teknologi dan inovasi serta dialog kebijakan untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana, meningkatkan kapasitas adaptif, dan menerjemahkan konsep Resiliensi Berkelanjutan menjadi strategi yang dapat ditindaklanjuti. Ditambahkannya dengan teknologi dapat membantu penyebaran informasi sampai pada wilayah 3T yaitu terdepan, terluar dan terpencil. 

Dapat disimpulkan pentingnya kolaborasi dan peran aktif para pemangku kepentingan, membangun kemitraan di semua tingkatan, serta perlunya pendekatan yang inklusif dan berbasis bukti untuk membangun ketahanan keberlanjutan.



Abdul Muhari, Ph.D. 

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis

Admin


BAGIKAN