BNPB dan Kementerian Lingkungan Hidup Perkuat Sinergi Perangi Karhutla di Bumi Sriwijaya
29 Jul 2025 19:15 WIB

Foto : Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., bersama Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol dan Gubernur Sumsel Herman Deru meninjau peralatan pemadaman karhutla yang digelar dalam Apel Kesiapsiagaan dan Simulasi Penanganan Karhutla Provinsi Sumatera Selatan, Griya Agung, Kota Palembang, Selasa (29/7). (Bidang Komunikasi Kebencanaan/Danung Arifin)
PALEMBANG - Kebakaran hutan dan lahan kembali menjadi perhatian segenap unsur pemerintah pusat dan daerah. Hingga akhir Juli 2025, sudah ada enam provinsi yang telah menyatakan siaga-tanggap darurat karhutla setelah titik api terendus satelit maupun patroli satgas darat dan udara. Enam wilayah tersebut meliputi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan ditambah Kalimatan Timur sebagai wilayah prioritas.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., beserta jajaran pun kembali turun gunung. Setelah menyambangi Provinsi Riau pada pertengahan Juli lalu, hari ini, Selasa (29/7), Kepala BNPB hadir di Provinsi Sumatera Selatan. Agendanya sudah pasti, menangani api yang mulai muncul di beberapa titik seperti Kabupaten Musi Banyuasin, Penukal Abab Lematang Ilir, Ogan Ilir dan Muara Enim.
Kunjungan Kepala BNPB di "Bumi Sriwijaya" ini sedikit berbeda. Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq turut serta. Kehadiran dua pucuk pimpinan kementerian dan lembaga itu sekaligus menjadi representasi pemerintah pusat yang selalu hadir mendampingi pemerintah daerah beserta masyarakatnya dalam kondisi darurat bencana, khususnya kebakaran hutan dan lahan.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sendiri telah menyatakan status siaga darurat karhutla hingga 31 Oktober 2025 nanti. Menurut data per 29 Juli 2025, tercatat sudah ada 47 hektare lahan mineral maupun gambut terbakar dan mengepulkan asap.
Tidak ingin api semakin menjadi-jadi, Kepala BNPB bersama Menteri Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq pun menginisiasi pertemuan secara besar-besaran mengajak sejumlah intansi pemangku kepentingan se-Provinsi Sumatera Selatan, khususnya yang akan menangani permasalah karhutla.
Lapangan upacara Griya Agung pun disulap menjadi lokasi pertemuan yang bertajuk "Apel dan Simulasi Kesiapsiagaan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan". Kepala BNPB turut berdiri sejajar dengan Menteri Lingkungan Hidup yang bertindak sebagai inspektur apel serta didampingi Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru.
Selain personel gabungan, segenap peralatan alutsista pun turut dihadirkan, mulai dari perangkat komunikasi, perangkat kendaraan taktis pemadaman darat karhutla, pesawat nirawak, sistem monitoring suhu, kelembaban, cuaca dan kondisi udara, alat-alat pemadaman darat yang ringan dan fleksibel hingga yang berat sekalipun, semuanya digelar dalam apel siaga darurat.
Tak ketinggalan, BNPB juga menghadirkan satu buah helikopter patroli jenis dauphin bernomor registrasi PK-VPD EC155-B1. Helikopter berwarna merah, biru dan putih dengan stiker logo BNPB ini digunakan memonitor langsung dari udara lokasi titik panas maupun titik api yang terekam perangkat satelit.
Kepala BNPB bersama Menteri Lingkungan Hidup didampingi Gubernur Sumatera Selatan, Kapolda Sumatera Selatan, Pangdam II/Sriwijaya pun turut melakukan patroli udara selama kurang lebih satu jam usai mengikuti rangkaian apel dan simulasi.
Dengan menumpangi helikopter dauphin PK-VPD, Kepala BNPB beserta rombongan memantau titik api yang terdapat di Desa Petar Luar, Kecamatan Sungai Rotan, Kabupaten Muara Enim. Saat patroli udara, helikopter water bombing mondar-mandir memadamkan api dibantu satgas darat dari jajaran BPBD Kabupaten Muara Enim, Manggala Agni, TNI, Polri dan Masyarakat Peduli Api. Para satgas darat ini telah melaksanakan pemadaman sejak tiga hari yang lalu. Dari enam hektar lahan yang terbakar, tersisa empat hektar lagi yang belum padam.
Wanti-Wanti Sepuluh Hari Pertama Bulan Agustus
Melalui amanahnya, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol berterima kasih kepada seluruh peserta apel atas kehadirannya sebagai bentuk semangat dan dedikasi dalam mengemban tugas sebagai satgas karhutla. Hanif juga mengapresiasi para personel karena telah memberikan sumbangsih yang nyata terhadap penanganan karhutla hingga sejauh ini. Terhitung sejak tanggal 20-28 Juli, penanganan karhutla pun mulai terlihat hasilnya. Dalam sepekan terakhir, jumlah hot spot di Sumatera Selatan berfluktiatif namun cenderung mengalami penurunan.
Kendati tren karhutla di Sumatera Selatan cenderung menurun, namun Hanif mewanti-wanti agar kesiapsiagaan tetap ditingkatkan. Terlebih pada sepuluh hari pertama bulan Agustus nanti yang mana wilayah Sumatera Selatan diprakirakan akan semakin kering dengan potensi hujan yang cenderung minim. Periode tersebut juga diperkirakan menjadi puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Sumatera, termasuk Provinsi Sumatera Selatan.
Menteri LHK tidak mau kecolongan lagi. Oleh sebab itu, upaya pencegahan tetap harus menjadi hal yang harus dikedepankan. Jika pun kemudian terdapat titik api, maka, langkah penanganan darurat harus dimaksimalkan.
“Pencegahan akan jauh lebih efektif dibandingkan penanggulangan apabila sudah terjadi kebakaran,” tegasnya.
Dalam keterangan terpisah, Kepala BNPB menyampaikan bahwa hingga sejauh ini, pemerintah pusat melalui BNPB akan terus mendukung upaya penanganan karhutla. Selain dukungan peralatan darat, BNPB juga mengerahkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dan water bombing melalui udara.
Menurut Kepala BNPB, selama dilaksanakan OMC sejak sepekan lalu, wilayah Kota Palembang dan sekitarnya terpantau turun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Hal itu tentu menjadi sesuatu yang diharapkan dapat mempercepat pemadaman karhutla.
“Kita ada OMC. Sejak seminggu yang lalu itu ada OMC dan terbukti ada hujan. Hari ini sudah ada mendung, nanti OMC kembali kita lakukan. Mudah-mudahan bisa turun hujan,” ungkap Suharyanto.
Secara teknis, OMC dan water bombing adalah dua hal yang sifatnya saling melengkapi. OMC dilakukan untuk menurunkan hujan di wilayah target sehingga proses pemadaman dan pembasahan tanah menjadi lebih maksimal. Ketika OMC tidak mungkin dilakukan karena ketiadaan awan konvektif, maka water bombing dilakukan untuk membantu proses pemadaman dan penyekatan jalur yang berpotensi dilalui api. Di samping itu, water bombing juga dilaksanakan apabila lokasi yang terbakar tidak dapat dijangkau oleh satgas darat.
“Helikopter water bombing per hari ini ada tiga unit melaksanakan operasi pemadaman di titik-titik yang tidak dapat dipadamkan oleh hujan dan oleh satgas darat,” jelas Suharyanto.
Satgas Darat Selalu Siaga
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, upaya penanganan karhutla tak lepas dari peran serta para personel gabungan satgas darat sebagai pelopor yang selalu siap siaga. Mereka terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Tagana, Pemadam Kebakaran, Masyarakat Peduli Api (MPA) hingga dunia usaha.
Apabila terdapat laporan titik api, maka satgas darat akan turut serta ke lapangan untuk monitoring, kaji cepat hingga pemadaman dilanjutkan pendinginan. Terkadang, pemadaman harus dilakukan pada malam sampai pagi hari. Mereka harus berjibaku dengan medan dan waktu demi memadamkan api agar tidak menjadi besar.
Hampir di seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan telah memiliki satgas darat. BNPB turut mendukung satgas darat ini dengan memberikan bantuan peralatan dan perlengkapan yang memadai. BNPB juga akan membentuk satgas baru dari unsur TNI dan Polri, baik di level kabupaten hinga desa/kelurahan sekaligus.
Tiap-tiap kabupaten/kota yang memiliki tingkat kerawanan tinggi karhutla, BNPB telah mendistribusikan sejumlah dukungan berupa sepeda motor karhutla roda dua, motor pemadam roda tiga, pompa jinjing berkekuatan 2 horse power beserta kelengkapannya, alat pelindung diri (APD) karhutla, alat pelindung wajah khusus pemadam/SCBA M1dan sejumlah dukungan lainnya.
Hukum Jalan Terus
Berani membakar, bui menanti. Hal itu menjadi pesan yang ditegaskan Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala BNPB kepada seluruh pihak dalam suasana rapat evaluasi usai kegiatan apel kesiapsiagaan dan simulasi. Bahwa hukum akan berbicara jika terdapat oknum yang sengaja membakar hutan dan lahan.
Kepala BNPB pun mengatakan bahwa kejadian karhutla disebabkan karena ulah manusia. Saat memimpin rakor di Provinsi Riau, sebanyak 35 kejadian telah diusut dan 44 orang telah ditetapkan sebagai tersangka. Hal itu sekaligus menjadi bukti yang konkret bahwa ada ulah manusia di balik permasalahan karhutla.
“Di Riau kemarin sudah 44 orang yang tertangkap dan dijadikan tersangka. Jangan sampai ada yang berani membakar hutan dan lahan. Aturannya sudah jelas, hukum akan menanti,” ucap Suharyanto.
Di sisi lain, Menteri Lingkungan Hidup telah berpesan kepada TNI dan Polri untuk memberikan tindakan tegas kepada siapapun yang terbukti bersalah membakar lahan. Ketegasan ini dilakukan semata-mata untuk memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat, memberikan efek jera dan antisipasi kedepannya.
“Kami mohon ke Pangdam dan Kapolda agar tak segan-segan melakukan tindakan hukum yang diperlukan,” ucap Hanif.
Bersama dukungan penuh dari pemerintah pusat, Sumatera Selatan kini berada dalam status siaga yang diperkuat dengan aksi nyata di lapangan. Penanganan darurat, pencegahan yang berkelanjutan, hingga penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran menjadi strategi utama dalam meredam ancaman karhutla. Semua pihak diminta tetap waspada dan tidak lengah, terutama menjelang puncak musim kemarau yang diprediksi terjadi dalam waktu dekat.
Abdul Muhari, Ph.D.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Admin