Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Tanah Longsor Mengakibatkan Sebanyak 15 Rumah Warga Tasikmalaya Rusak Ringan Hingga Sedang

Dilihat 600 kali
Tanah Longsor Mengakibatkan Sebanyak 15 Rumah Warga Tasikmalaya Rusak Ringan Hingga Sedang

Foto : Tanah longsor mengakibatkan kerusakan rumah warga dengan tingkat ringan hingga sedang. Sebanyak 14 unit mengalami rusak ringan dan satu lainnya rusak sedang. Kerusakan tersebar di beberapa kecamatan, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Jawa Barat, pada Senin (13/9). (BPBD Kabupaten Tasikmalaya)


JAKARTA – Tanah longsor mengakibatkan kerusakan rumah warga dengan tingkat ringan hingga sedang. Sebanyak 14 unit mengalami rusak ringan dan satu lainnya rusak sedang. Kerusakan tersebar di beberapa kecamatan, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Jawa Barat, pada Senin (13/9). 

Tanah longsor terjadi di beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Culamega, Bojongasih, Sodonghilir, Cineam, Karangnunggal, Parungponteng dan Cipatujah. Namun demikian, dampak berupa kerusakan rumah warga berlokasi di Kecamatan Culamega sejumlah 8 unit, Karangunggal 3, Bojongasih 3 dan Sodonghilir 1. Bencana ini tidak mengakibatkan terjadinya korban jiwa. 

Selain berdampak pada kerusakan di sektor pemukiman, kejadian tersebut menyisakan material longsor di ruas jalan maupun menutup akses transportasi beberapa titik seperti di Desa Tobongjaya (Kecamatan Cipatujah), Desa Ereunpalay (Cibalong), Desa Bojongsari (Culamega). Di Desa Bojongsari ini terdapat satu titik longsoran yang sempat menutup jalan poros desa penghubung menuju Dusun Sukajaya, Cibetear dan Cikondang, serta ruas jalan terbawa longsor di Desa Cipicung, Kecamatan Culamega.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya telah melakukan upaya penanganan darurat pascalongsor. Pihaknya bersama dengan dinas terkait dan masyarakat membersihkan material longsor maupun material bangunan yang mengalami kerusakan. Pada ruas jalan yang tertutup material, BPBD berhasil untuk membuka akses jalan, seperti di Desa Ereunpalay dan Bojongsari. Sedangkan jalan yang belum dapat diakses, pemerintah daerah terus mengupayakan perbaikan darurat. 

Kejadian yang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi ini tidak hanya menyebabkan tanah longsor, tetapi juga banjir di beberapa wilayah. Curah hujan tinggi menyebabkan debit air Sungai Cilangla meluap. Peristiwa itu terjadi pada Senin pagi (13/9), pukul 04.00 WIB.

Wilayah yang terdampak banjir antara lain Desa Hergarwangi (Kecamatan Bantarkalong), Bantarkalong, Cipatujah (Cipatujah), Girijaya, Bojongasih (Bojongasih), serta Cikupa, Ciawi dan Karangnunggal (Karangnunggal). Pantauan pada hari ini, Selasa (14/9) air sudah surut di wilayah Bojongasih, Bantarkalong dan Cipatujah.  

Dalam upaya penanganan darurat, BPBD setempat mengoperasikan dua perahu karet dan personel untuk evakuasi dan membantu warga yang ingin menyeberang di wilayah Kecamatan Karangnunggal. 

Melihat analisis inaRISK, Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah dengan potensi bahaya tanah longsor kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 35 kecamatan berada pada potensi bahaya tersebut. Wilayah-wilayah terdampak merupakan kecamatan yang teridentifikasi berpotensi tanah longsor pada kategori sedang hingga tinggi, seperti Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, Cikalong, Cibalong, Bojongasih, Sodonghilir dan Culamega.

Demikian juga analisis potensi gerakan tanah September 2021 dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejumlah wilayah di Kabupaten Tasikmalaya berada pada kategori menengah hingga tinggi. Sebanyak 39 wilayah teridentifikasi pada kategori tersebut dan di antaranya wilayah-wilayah yang baru saja terdampak tanah longsor. 

Menyikapi bencana tanah longsor dan banjir, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya hidrometeorologi. Hujan lebat dengan durasi yang panjang dapat menjadi salah satu pemicu gerakan tanah. Untuk itu, masyarakat harus senantiasa memperhatikan wilayah di sekitar, khususnya mereka yang tinggal di dekat kemiringan yang dikelilingi tebing atau bukit.




Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB 

Penulis

Admin


BAGIKAN