Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Sosialisasikan 7 Objek Ketangguhan, BNPB Bersama Caritas Indonesia Dorong Program Rumah Ibadah Tangguh Bencana

Dilihat 5316 kali
Sosialisasikan 7 Objek Ketangguhan, BNPB Bersama Caritas Indonesia Dorong Program Rumah Ibadah Tangguh Bencana

Foto : Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi saat memberikan paparan pada Pertemuan Jaringan Nasional Caritas Indonesia, Rabu (24/5). (Tasril Mulyadi-Kedeputian Bidang Pencegahan)


BATAM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kedeputian Bidang Pencegahan menyampaikan konsep 7 objek ketangguhan, salah satunya rumah ibadah tangguh bencana pada Pertemuan Jaringan Nasional Caritas Indonesia.

Deputi Bidang Pencegahan, Dra. Prasinta Dewi, M.A.P hadir secara langsung untuk memberikan pemaparan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan peran rumah ibadah dalam membangun ketangguhan menghadapi bencana. Pertemuan tersebut berlangsung di Beverly Hotel Batam, pada Rabu (24/5).

Pertemuan  ini dihadiri kurang lebih 120 peserta dari Caritas Keuskupan, Komisi PSE keuskupan, dan perwakilan Caritas Luar Negeri serta para aktivis kemanusiaan, para mitra dan jaringan Caritas lainnya.

Dalam paparannya, Prasinta menjelaskan 7 objek ketangguhan yang meliputi pemukiman, sarana pendidikan, tempat ibadah, layanan kesehatan, perkantoran, pasar/pusat perniagaan, dan objek vital lainnya. 

Secara khusus, Prasinta menyampaikan peran strategis tempat ibadah seperti gereja yang berada di tengah lingkungan masyarakat dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat di sekitar gereja dalam berbagai kegiatan pengurangan risiko bencana, serta meningkatkan ketangguhan masyarakat di daerah rawan bencana.

“Gereja yang tangguh bencana dapat menjadi ruang untuk membangun literasi dan edukasi kebencanan berbasis keagamaan serta menjadi pendorong percepatan penguatan ketangguhan masyarakat yang berada di sekitar lokasi gereja,” jelas Prasinta.

Lebih lanjut, Prasinta menjelaskan ketangguhan Gereja bukan hanya dilihat dari sisi internalnya saja melainkan sisi eksternal. Masyarakat sekitar lingkungan gereja dapat diberdayakan bukan hanya sebagai objek, melainkan sebagai subjek dari kegiatan penanggulangan bencana baik pada masa pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana.

Setidaknya ada 3 komponen yang harus dimiliki oleh Gereja Tangguh Bencana, antara lain:

1. Gereja Tangguh Bencana memiliki  pengetahuan yang memadai tentang risiko bencana di lingkungannya.

2. Gereja Tangguh Bencana sadar akan tanggung jawabnya dalam mengurangi risiko dan mengantisipasi bila bencana terjadi. 

3. Gereja Tangguh Bencana menjalankan program pengurangan risiko bencana sehingga muncul kesadaran dan selanjutnya menjadi budaya pada setiap individu, keluarga dan lingkungan sekitarnya. 

Pada kesempatan tersebut, staf Direktorat Kesiapsiagaan Tasril Mulyadi memberikan bekal keterampilan penyelamatan diri dari bahaya gempabumi dan sosialisasi penggunaan aplikasi InaRisk.

Menutup sesi pemaparannya, Prasinta berpesan kepada peserta yang hadir untuk menjalin kerjasama dengan multipihak dan berkolaborasi dengan berbagai aktor-aktor penanggulangan bencana seperti Forum PRB Daerah. Dirinya berharap Komunitas Berbasis Gereja (KBG) selalu memberikan pelayanan terbaiknya kepada umat dan ikut hadir dalam berbagai persoalan kemanusiaan di negeri ini.


Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis

Admin


BAGIKAN