Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Jejak Tsunami Aceh 2004: Memahami Sejarah dan Mitigasi melalui Peninggalan dan Edukasi

Dilihat 665 kali
Jejak Tsunami Aceh 2004: Memahami Sejarah dan Mitigasi melalui Peninggalan dan Edukasi

Foto : BNPB bersama BPBA, BAST ANRI dan Universitas Syiah Kuala, Prof. Nazli Ismail, S.Si, M.Si, Ph.D melakukan kunjungan ke Gua Ek Lentie di Kabupaten Aceh Besar. (BAST ANRI)

BANDA ACEH – Dalam rangka pengembangan portal Literasi Sejarah Bencana dengan identifikasi dan menghimpun data terkait sejarah kejadian bencana tsunami di Aceh, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana telah melakukan study dan site visit yang telah dilaksanakan di beberapa institusi dan lokasi bersejarah di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Kegiatan yang dilaksanakan pada 26 hingga 29 Agustus 2024 ini melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan Balai Arsip Tsunami Aceh (BAST) ANRI. Kunjungan juga dilakukan ke Museum Tsunami Aceh, escape building,  PLTD Apung, Gua Ek Lentie, dan beberapa lokasi memorial tsunami Aceh 2004 silam.

Kunjungan dimulai dengan melakukan koordinasi dan sharing mengenai perkembangan kesadaran masyarakat Banda Aceh melalui kegiatan sosialisasi dan edukasi yang telah dilakukan oleh BPBA bersama mitra terkait. BPBA, sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana dan manajemen risiko bencana, menyampaikan berbagai strategi mitigasi yang telah diimplementasikan pasca tsunami 2004, serta tantangan yang dihadapi dalam mengedukasi dan mempersiapkan masyarakat menghadapi bencana di masa depan.

Pada kesempatan selanjutnya, koordinasi dan penggalian data dan informasi mengenai penanganan tsunami 2004 dilakukan bersama Balai Arsip Statis dan Tsunami Aceh (BAST) ANRI. Arsip adalah bukti vital dalam kejadian atau peristiwa, melalui arsip sebuah kejadian dapat dipahami dan dapat ditarik pembelajaran untuk masa yang akan datang. BAST ANRI menyimpan berbagai arsip yang berhubungan dengan penanganan bencana tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 silam termasuk dokumentasi, laporan penanganan, foto, dan rekaman audio-visual yang menjadi saksi dari tragedi tersebut. 

Setelah itu, study visit dilanjutkan ke Museum Tsunami Aceh. Museum ini menyajikan pameran dan pengalaman yang menggugah emosi tentang kejadian tsunami 2004, tetapi juga berfungsi sebagai pusat edukasi dan penelitian terkait pentingnya kesiapsiagaan serta mitigasi bencana. 

Dalam memahami konteks dan sejarah bencana tsunami yang pernah terjadi di Aceh serta upaya kesiapsiagaan bencana, site visit juga dilakukan ke beberapa escape building atau gedung evakuasi bencana di kawasan pesisir. Gedung ini adalah salah satu infrastruktur mitigasi bencana yang dibangun pasca-tsunami yang ditujukan untuk menjadi tempat evakuasi sementara bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan tsunami. Site visit dilanjutkan ke kuburan massal yang merupakan tempat pemakaman korban bencana tsunami tahun 2004, monumen thanks to the world sebagai pengingat dan ucapan terima kasih kepada dunia yang telah membantu membangun Aceh kembali, PLTD Apung menjadi bukti sejarah betapa dahsyatnya ombak tsunami yang mampu menyeret kapal dengan berat 2000 ton sejauh 5 km ke daratan.

Pada akhir kegiatan, BNPB bersama BPBA, BAST ANRI dan Universitas Syiah Kuala, Prof. Nazli Ismail, S.Si, M.Si, Ph.D melakukan kunjungan ke Gua Ek Lentie di Kabupaten Aceh Besar. Endapan dalam situs ini merupakah saksi alam yang menceritakan bahwa wilayah Aceh telah mengalami tsunami sejak 7000 tahun silam yang terekam dalam endapan sedimentasi yang terdapat di dalam gua. Pada 2011, tim peneliti mengidentifikasi lapisan pasir yang bersusun silang dengan pemisah berupa endapan kotoran kelelawar yang hidup dalam gua. Endapan dalam gua diidentifikasi sebagai 11 lapisan tsunami purba yang terbentuk dalam rentang waktu 7400 tahun hingga 2900 tahun yang lalu. “Setiap lapisan tsunami mengandung fosil cangkang kerang laut dalam yang relatif masih utuh, sehingga mengindikasikan bahwa sedimentasi ini terbawa oleh ombak tsunami,” ungkap guru besar dalam bidang ilmu geofisika ini.

Diharapkan dengan dilakukan study dan site visit ini mampu memberikan pemahaman sejarah dan pembelajaran kejadian tsunami Aceh sehingga kesadaran dan kesiapsiagaan bersama dapat diperkuat.



Abdul Muhari, Ph.D.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis

Admin


BAGIKAN