Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

BNPB Perkuat Kapasitas Relawan SIBAT Palang Merah Indonesia

Dilihat 607 kali
BNPB Perkuat Kapasitas Relawan SIBAT Palang Merah Indonesia

Foto : Latihan Gabungan dan Bhakti Siaga Bencana Berbasis Masyarakat Palang Merah Indonesia (SIBAT PMI) Tingkat Nasional III Tahun 2024 yang diselenggarakan pada 23 hingga 26 September di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. (Kedeputian Bidang Pencegahan BNPB)

KEBUMEN - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berpartisipasi pada Latihan Gabungan dan Bhakti Siaga Bencana Berbasis Masyarakat Palang Merah Indonesia (SIBAT PMI) Tingkat Nasional III Tahun 2024 yang diselenggarakan pada 23 hingga 26 September di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

Kepala BNPB dalam hal ini diwakili oleh Deputi Bidang Pencegahan BNPB Dra. Prasinta Dewi, M.A.P mengemukakan strategi membangun ketangguhan di tengah krisis iklim dengan respons antisipatif berbasis masyarakat.

"Masyarakat sebagai garda terdepan dalam penanggulangan bencana menjadi pion yang paling efektif dalam merespon krisis iklim, melalui aksi berbasis komunitas maupun kearifan lokal dapat berjalan secara efisien sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan pada masing-masing daerah," ujar Prasinta pada talkshow Sinergisitas Dalam Membangun Ketangguhan Iklim, Kamis (26/9).

Prasinta menyampaikan bahwa BNPB telah mengeluarkan Peraturan Badan Nomor 2 Tahun 2024 tentang Peringatan Dini Bencana yang menjelaskan bahwa Aksi Merespon Peringatan Dini (AMPD) adalah serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat untuk mengantisipasi dampak, menyelamatkan nyawa, dan mengurangi kerugian serta kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana dengan berbasis pada prakiraan dan deteksi dini potensi bencana.

"Tidak hanya terfokus pada sistem maupun teknologi peringatan dini bencana saja, tetapi membangun pemahaman masyarakat bagaimana cara merespon sinyal deteksi dan apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak maupun korban jiwa," tambah Prasinta.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PMI Jusuf Kalla menyatakan bahwa PMI tidak hanya melakukan respon ketika tanggap darurat bencana, namun berkomitmen aktif pada aksi pencegahan hingga penanggulangan dampak dari krisis iklim.

"Krisis iklim harus menjadi perhatian semua pihak dan PMI berkomitmen untuk melakukan berbagai pencegahan hingga penanggulangan dampak dari krisis iklim ini, melalui kampanye ketangguhan iklim dengan mengajak seluruh elemen masyarakat bersama-sama mempersiapkan diri dan melakukan berbagai pencegah agar dampaknya bisa diminimalkan," tutur Jusuf Kalla dalam sambutannya.

Seperti yang diketahui, dampak dari perubahan iklim tidak hanya berpengaruh terhadap banyak kejadian bencana khususnya di Indonesia, tetapi juga berdampak kepada kondisi kesehatan manusia dan dampaknya yang dirasakan, seperti terjadinya bencana, hingga pandemi serta epidemi penyakit sehingga berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat.

Untuk itu, diharapkan para relawan SIBAT PMI dapat menjadi modal sosial masyarakat untuk mendorong aksi antisipatif mengatasi krisis iklim melalui kegiatan sederhana yang dapat diimplementasikan mulai dari tingkat desa. 

Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Kesiapsiagaan BNPB Drs. Pangarso Suryotomo, M.MB menyebutkan relawan Sibat PMI berperan untuk mewujudkan ketangguhan bencana di masyarakat. Hal ini disampaikan pada sesi talkshow Standard Nasional Indonesia tentang Desa Tangguh Bencana di Pantai Pandan Kuning. 

Mengacu kepada Perka Nomor 17 Tahun 2011 tentang Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana, terdapat 26 keahlian dan keterampilan yang dapat menjadi dasar bagi para relawan SIBAT PMI untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi anggotanya dalam bidang penanggulangan bencana.

Menurut Pangarso, peran-peran relawan SIBAT PMI sangat dirasakan keberadaannya untuk mewujudkan ketangguhan terhadap bencana melalui latihan gabungan bersama masyarakat, khususnya jika dikolaborasikan dengan program Desa Tangguh Bencana (Destana).

Keberadaan Destana merupakan program berbasis pemberdayaan masyarakat yang bertujuan agar masyarakat memiliki pengetahuan, kesadaran, keterampilan dalam mengelola resiko bencana serta bagaimana memaksimalkan upaya ketahanan di tengah krisis pada sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya.

Penguatan Destana turut diiringi oleh standarisasi guna memastikan keberlanjutan misi penanggulangan bencana tetap berjalan efektif. Perwakilan dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta selaku Komite Teknisi 13-08 BNPB Eko Teguh Paripurno menyatakan dalam standardisasi Destana, telah dilakukan pembaharuan aspek prinsip dan indikator yang mengutamakan pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim di tingkat desa, sesuai cakupan Standar Nasional Indonesia dan susunan indikator tiap tingkatan ketangguhan desa yaitu pratama, madya dan utama.

Adanya kolaborasi dengan program Destana ini diharapkan para SIBAT PMI dapat mengimplemetasikan aksi antisipatiif dengan maksimal melalui instrumen di tengah masyarakat yang telah siap untuk merespon segala bentuk kegiatan maupun sosialisasi guna menciptakan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi krisis iklim.

Sebagai informasi, kegiatan ini diikuti lebih dari 2.000 peserta yang berasal dari 24 provinsi dan 78 kabupaten/kota. Tidak hanya melalui latihan gabungan dan talkshow, SIBAT PMI turut mengikuti giat tanam pohon di Hutan Kota Wanamukti Kebumen sebagai upaya mitigasi dan implementasi strategi program penghijauan dan pelestarian lingkungan hidup.



Abdul Muhari, Ph.D. 

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis

Admin


BAGIKAN