Antisipasi Bencana Erupsi dan Banjir Lahar Hujan Merapi, BPBD Kabupaten Sleman Optimalkan EWS
23 Nov 2024 11:20 WIB

Foto : Sistem peringatan dini EWS (early warning system) di wilayah Kabupaten Sleman (BNPB)
SLEMAN - Sebagai bentuk penguatan mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi erupsi gunungapi Merapi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, optimalkan 37 alat sistem peringatan dini EWS (early warning system) di wilayah perbukitan Prambanan. Selain banjir lahar gunungapi Merapi, alat EWS ini juga berfungsi sebagai “alarm” apabila terjadi tanda-tanda tanah longsor.
Kepala BPBD Kabupaten Sleman, Makwan mengatakan penguatan mitigasi dan peringatan dini berbasis teknologi ini dilakukan mengingat erupsi gunungapi Merapi masih terus terjadi sejak mengalami kenaikan level III (Waspada) pada November 2021 lalu hingga sekarang.
Di samping itu, wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta telah memasuki musim penghujan yang mana hal itu dapat menjadi faktor pemicu terjadinya bencana turunan dari erupsi gunungapi merapi berupa banjir lahar hujan. Banjir lahar hujan menjadi potensi ancaman bencana jika di wilayah puncak gunung terjadi hujan dengan intensitas tinggi dalam periode yang cukup lama.
Di sisi lain, jelang libur akhir tahun wilayah Kabupaten Sleman dan sekitarnya berpotensi terjadi lonjakan jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Hal itu tentunya menjadi perhatian seluruh sektor demi menciptakan wisata aman bencana.
Selain EWS, BPBD Kabupaten Sleman juga menggandeng masyarakat yang telah tergabung dalam Desa Tangguh Bencana (Destana) termasuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) di tiap-tiap wilayah. Peran serta masyarakat dan relawan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi potensi bencana.
Adapun menurut hasil monitoring yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), saat ini guguran lava maupun awan panas guguran mengarah ke barat daya atau ke kali Gendol, Boyong dan Krasak. Maka dari itu khususnya di sepanjang aliran tiga sungai tersebut harus dimonitor secara berkala dan diharapkan dengan EWS ini maka seolah menjadi jawaban sekaligus solusi.
PVMBG juga telah memberikan rekomendasi terkait wilayah rawan bencana erupsi gunungapi Merapi sektor selatan-barat daya dengan jarak 5 kilometer dari puncak mengarah ke Sungai Boyong dan 7 kilometer untuk Sungai Bedong, Sungai Krasak dan Sungai Bebeng. Pada sektor tenggara mencakup Sungai Woro sejauh 3 kilometer. Adapun potensi awan panas guguran dan lontaran lava pijar dapat menjangkau jarak 3 kilometer dari puncak jika terjadi erupsi baik bersifat eksplosif maupun efusif.
BPBD Kabupaten Sleman telah menetapkan status siaga darurat erupsi gunungapi Merapi hingga 31 Desember 2024. Penetapan status siaga darurat tersebut dapat diperpanjang dengan melihat hasil analisis dan evaluasi dari PVMBG.
Belajar dari Marapi
Optimalisasi EWS dan seluruh perangkat sumber daya manusia tersebut dilakukan atas arahan Kepala BNPB sebagai antisipasi agar peristiwa seperti yang pernah terjadi di Gunungapi Marapi, Sumatera Barat, tidak terjadi di Merapi.
Pada tanggal 11 Mei 2024, empat wilayah kabupaten di lereng Gunungapi Marapi diterjang “galodo” atau banjir bandang lahar yang menewaskan 41 warga dan berdampak pada kerusakan infrastruktur serta permukiman warga.
Dari hasil kaji cepat dan evaluasi tim di lapangan, petaka itu terjadi karena beberapa faktor di antaranya adalah lemahnya sistem peringatan dini. Oleh sebab itu, BNPB bersama beberapa stakeholder tengah menginisiasi pembuatan sistem peringatan dini berbasis teknologi dan peningkatan kapasitas masyarakat agar hal serupa tidak berulang di kemudian hari.
Abdul Muhari, Ph.D.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Admin